Berbagai permasalahan di Indonesia nampak sangat rumit sekali untuk diselesaikan seperti mata rantai lingkaran setan yang seakan-akan tidak ada habis-habisnya untuk dibicarakan, diperdebatkan lalu dicarikan solusi, namun sampai sekarang hasilnya belum terlalu signifikan, masih banyak yang belum terselesaikan ketimpangan masih nampak di mana-mana.
Penyebabnya sangat komplek; kesenjangan social yang terlalu tajam, pemberantasan korupsi yang sangat lambat, sumber daya masyarakat masih rendah, pendidikan di perguruan tinggi mahal sehingga orang miskin tidak mampu menyekolahkan anaknya, lapangan kerja semakin sempit, krisis global yang mengakibatkan banyak perusahaan bangkrut dan PHK besar-besaran, perekonomian negara yang belum stabil merangkaknya sangat pelan-pelan, dst…
Langkah awal pemecahannya harus dilakukan lewat pendidikan yang benar, baik dan jujur, karena itu yang kita benahi dahulu adalah sumber daya manusianya bukan ekonominya, ibarat memancing kita tidak memberi ikan, tetapi memberi kail juga ditunjukan cara-cara bagaimana menggunakan kail tersebut dengan benar untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Dengan pendidikan yang benar, baik dan jujur akan melahirkan manusia-manusia berakhlaqul karimah, bermental baik tidak bermental picik, jujur dan selalu berikiran positif untuk maju kedepan.
Permasalahan serumit apapun jika SDM nya bagus mereka akan mampu mengatasinya sendiri, tidak menggantungkan orang lain, mampu menciptakan lapangan kerja, bahkan dengan SDM yang bagus insyaallah kita akan mampu mengatasi permasalahan yang komplek diatas tadi secara simultan dan berkelanjutan.
Dalam hal pendidikan, pemerintah sekarang sudah melaksanakan kebijakannya sesuai dengan amanat undang-undang yaitu menaikkan anggaran pendidikan 20 % dari anggaran APBN, tentu didalamnya kesejahteraan pendidik juga ikut terpenuhi,insyaallah harapan cerah itu sudah mulai nampak tentunya dengan di imbangi biaya pendidikan murah khususnya untuk kalangan warga miskin ---bukan anggaran sudah 20 % tapi pendidikan tetap mahal, karena saya menyaksikan sendiri antusias masyarakat mayoritas petani yang ingin menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi tapi begitu melihat anggaran yang besar dan harus dibayar lewat bank ---tentunya tidak bisa di angsur--- mereka tidak berani dan mengurungkan niat untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Fenomena ini ribuan bahkan jutaan calon mahasiswa yang gagal menjadi mahasiswa gara-gara bayarnya mahal dan tidak bisa diangsur, andaikata bisa diangsur saya yakin para petani masih sanggup menyekolahkan anaknya, sayangnya itu sebuah aturan yang katanya dalam tanda kutip sudah baku, karena gagal kuliah akhirnya mereka jadi buruh tani, yang nekat urban ke kota jadi buruh pabrik, yang lebih nekat lagi berangkat ke luar negeri jadi TKI/TKW kalau sudah seperti itu masa depannya habis sudah tidak mampu lagi bersaing dalam dunia apapun dan di manapun, selamanya dia akan menjadi orang yang bermental obyek (buruh) bukan mental subyek. Kita sebagai pelaku pendidikan harus mencarikan jalan keluar untuk mempermudah bagi saudara-saudara kita yang miskin itu agar bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi, insyaallah upaya kita seperti ini merupakan wujud kepedulian kita ikut serta mengentaskan kemiskinan lewat pendidikan yang layak dan memperkecil jumlah anak yang terlantar.
Melalui kebijakan-kebijakan pendidikan yang berpihak pada masyarakat miskin, kita ikut mencerdaskan masyarakat, ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan akhirnya kita ikut menghantarkan generasi muda kedepan yang lebih baik dari sekarang, tentu hal ini merupakan bentuk kepedulian dan amal sholeh kita yang akan memperkecil jurang kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat sekaligus akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya masing-masing.
Insyaallah, dengan mohon ridlo Allah SWT sepulang dari kuliah di King Saud University Riyadh ini saya bersama orang-orang yang peduli dengan pendidikan akan membentuk sebuah pendidikan yang benar, baik dan jujur untuk menjawab berbagai tantangan yang terjadi kedepan. Pendidikan yang berbasis tekhnologi informasi yang dilandasi pondasi-pondasi keagamaan yang kuat dan mantap, dengan model boarding school, penguatan aqidah keislaman, penguatan bahasa arab dan inggris, memperbagus bacaan al-qur`an, setelah bacaan alqur`an bagus siswa harus menghafal al-quran setiap selesai sholat subuh minimal harus hafal 1 juz pertahun.Rencana bentuk pendidikannya, 1 tahun untuk penguatan bahasa arab, bahasa inggris dan tahsin al-qur`an, 3 tahun pendidikan formal tingkat menengah atas (SLTA), jadi pendidikan yang ditempuh nanti membutuhkan waktu selama 4 tahun, dalam kurun empat tahun tersebut siswa harus menguasai standart-standart yang telah ditentukan lembaga termasuk hafal al-qur`an minimal 4 juz tersebut. Juga rencana kedepan siswa berprestasi yang bahasa arabnya lancar insyaallah akan kita kirim melanjutkan study ke Timur Tengah termasuk ke kampus King Saud University Riyadh yang sekarang penulis jalani, jika bahasa inggrisnya bagus insyaallah ---tentu dengan seizin Allah SWT--- akan kita kirim ke Autralia, Malaysia dan Negara lainnya, dalam hal ini saya sudah menjalin hubungan dengan rekan-rekan yang sedang/pernah study di berbagai Negara untuk mencari informasi tentang peluang-peluang beasiswa tersebut, sebagian dari mereka juga ada yang saya libatkan secara langsung dalam Tim Penggagas Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ini. Bagi para pembaca budiman yang sempat membaca artikel ini saya mohon do`a restu, atau bagi yang memberikan saran, kritik, ide, pikiran, usulan dan informasinya kami menerima dengan tangan terbuka, tentu sebelumnya saya ucapkan Jazaakumullah Ahsanal Jaza`… semoga Allah SWT meridloi langkah-langkah kami ini…Amiiin
11 Jun 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
oke deh dah tak baca lho ya
BalasHapuspendidikan jadi solusi untuk permasalahan apa ya,,bisa diperjelas lagi, karena permasalah itu bisa muncul dalam bidang ekonomi, sosial, budaya atau pendidikan. kalo pendidikan itu diibaratkan obat, maka harus tepat dapat ngobati penyakit apa..tidak ada obat yang cocok untuk semua penyakit..perlu diidentifikasi dulu permasalahan, lalu diberikan resep solusinya...ghitu lho cara berfikir ilmiah itu kira2 yaaaa
BalasHapusmakasih banget komen-nya, pendidikan termasuk salah satu solusi semua permasalahan, ya ekonomi, sosial, budaya dst...
BalasHapus