20 Jul 2010

Hikmah Bulan Sya'ban

Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah:
1. Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”

2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.

3. Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243).

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut. “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)
Malam Nishfu Sya’ban, Malam Diturunkannya Al Qur’an

Di antara kaum muslimin ada yang menganggap bahwa malam Nishfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Sya’ban) adalah malam yang istimewa. Di antara keyakinan mereka adalah bahwa malam tersebut adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Sandaran mereka adalah perkataan ‘Ikrimah tatkala beliau menjelaskan maksud firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4)
Yang dimaksud dengan malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar, menurut mayoritas ulama. Sedangkan ‘Ikrimah –semoga Allah merahmati beliau- memiliki pendapat yang lain. Beliau berpendapat bahwa malam tersebut adalah malam nishfu sya’ban. (Zaadul Maysir, 5/346)

Namun pendapat yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu turun pada malam nishfu Sya’ban adalah pendapat yang lemah karena pendapat tersebut telah menyelisihi dalil tegas Al Qur’an. Ayat di atas (surat Ad Dukhan) itu masih global dan diperjelas lagi dengan ayat,
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an.” (QS. Al Baqarah:185). Dan dijelaskan pula dengan firman Allah,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada Lailatul Qadr.” (QS. Al Qadr:1)

Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Klaim yang mengatakan bahwa malam yang penuh berkah (pada surat Ad Dukhan ayat 3-4) adalah malam Nishfu Sya’ban –sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Ikrimah dan lain-lain-, tidak diragukan lagi bahwasanya itu adalah klaim yang jelas keliru yang menyelisihi dalil tegas dari Al Qur’an. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa saja yang menyelisihi al haq (kebenaran) itulah kebatilan. Sedangkan berbagai hadits yang menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan malam tersebut adalah malam nishfu Sya’ban, itu jelas-jelas telah menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas dan hadits tersebut sungguh tidak berdasar. Begitu pula sanad dari hadits-hadits tersebut tidaklah shahih sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul ‘Arobi dan para peneliti hadits lainnya. Sungguh sangat mengherankan, ada seorang muslim yang menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas, padahal dia sendiri tidak memiliki sandaran dalil, baik dari Al Qur’an atau hadits yang shahih.” (Adhwaul Bayan, 1552)

19 Jul 2010

Fadlilah Bulan Sya'ban

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, saat ini kita telah menginjak bulan Sya’ban. Namun kadang kaum muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas serba-serbi bulan Sya’ban. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolong dan mudahkanlah kami).

Keutamaan Bulan Sya’ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)

Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban
Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).

Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)

Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)? Asy Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan

dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.

Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya’ban? An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. ”(Syarh Muslim, 4/161)

Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)

Semoga ada manfaatnya buat renungan di bulan Sya'ban sekarang ini… Dalam Rangka Menyongsong Bulan Suci Ramadlan…

12 Jul 2010

TKW di Arab Saudi

Seringkali saya membaca postingan rekan2 di kompasiana, tentang kisah2 pilu dan menyedihkan para tkw yg bekerja di Saudi Arabia. Kisah2 atau cerita2 yg diangkat berdasarkan dari cerita2 tkw2 atau karena pengamatan selintas kita tentang keadaan para tkw2 waktu bertemu di mall2, di restaurant ataupun di Rumah Sakit.

Sebetulnya kalau kita mau jujur terhadap diri kita sendiri. Para tkw/ prt2 itu. Sudah diperlakukan tidak layak dan tidak manusiawi sejak sebelum keberangkatan mereka ke Saudi. Pernahkah teman2 melihat pemandangan di bandara Soeta, bagaimana para petugas, baik petugas dari PJTKI nya atau petugas bandara memperlakukan tkw2/ prt2 yg akan diberangkatakan ke saudi arabia khususnya..?? Mereka digiring2 seperti ternak. Seringkali mereka dibentak2 bahkan dicaci maki. Saya sering melihat pemandangan seperti itu, karena setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali saya pulang pergi Riyadh- jakarta, Jakarta- Riyadh. Pemandangan seperti itu, bukan pemandangan yg langka. Para tkw2 itu setelah digiring2 seperti bebek, mereka biasanya duduk bergerombol dilantai. Ada pemandangan yg berbeda tentang kelakuan dan tingkah para tkw, dari tkw2 yg akan berangkat ke saudi dengan tingkahnya para tkw2 yg mau pulang dari Saudi. Para tkw2 yg bergerombol di bandara Soeta, kebanyakan mereka diam dan tidak banyak omong. Tapi coba perhatikan para tkw2 di bandara KKIA Riyadh yg mau pulang ke jakarta. Berisiknya minta ampun. Kalau ngomong saja sampai teriak2, bahkan pernah saya lihat ada yg joget2 segala, sampai2 ditegur oleh satpam nya bandara KKIA.

Back to topic. Di bandara Soeta dokumen2 keberangkatan para tkw, saya perhatikan semuanya sudah diurus oleh petugas dari pjtki masing2. Setelah masuk ruang tunggu pesawat dan terbang ke Saudi, barulah tkw2 itu bertanggung jawab atas dirinya masing2. Ketika mereka sudah ada dalam pesawat Saudia/ GIA. Mulailah para pramugari yg di uji kesabarannya oleh para tkw. Saya memperhatikan, betapa seringnya para pramugari yg cantik2 itu membersihkan lavatory/ wc. Sambil tidak henti2 memberikan pengarahan kepada para tkw2 yg menggunakan lavatory. Coba lihat lantai lavatory yg menjadi penuh air, karena para tkw tidak tahu caranya cebok, tidak tahu caranya membuang tissue2. Semuanya berceceran di lantai. Bahkan cara mengunci wc pun mereka tidak tahu. Kalau kebetulan saya mau menggunakan wc, seringkali sayapun ikut2an memberi tahu mereka. Bahkan setiap saya pulang atau pergi riyadh - jakarta, saya pasti dan selalu menjadi sekertaris dadakan para tkw untuk mengisi kartu2 kedatangan mereka. Tahukah teman…? kalau banyak para tkw yang buta huruf…?bahkan banyak dari para tkw itu yg tidak bisa berbahasa Indonesia…?? mereka hanya bisa bahasa dari daerahnya sendiri. Jangankan bisa bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi dengan majikan, bahasa Indonesiapun mereka banyak yg tidak tahu…? apalagi bhs Inggris…? Itu sih bisa di itung dengan jari kelingking. Mungkin dari 1 jt tkw yg ke saudi, mungkin cuma 1 yg bisa sedikit ngerti english…Itu kenyataan teman2..Menyedihkan bukan..?? terus apa yg mereka lakukan selama mereka ada di penampungan..???? Ternyata adanya balai latihan kerja itu sepertinya hanya formalitas saja. Kadang2 tidak ikut latihan kerja juga mereka sudah bisa punya sertifikatnya. Halahhhh….tahu sendiri lah, di negara tercinta kita itu apapaun bisa dibeli asal ada uang. Level korupsinya sudah dari level paling rendah sampai level paling tinggi. Berdasarkan sumber yg bisa dipercaya ( para tkw2 khususnya yg ke saudi ) selama mereka berada di penampungan itu, Selama mereka sedang mengurus dokumen2 dan menunggu datangnya visa. Para tkw2 itu tidak belajar apa2. Mereka hanya tidur2an, makan, minum, ngorol2 sampai malam, merokok ( tentu saja tidak ketahuan para pengawas penampungan ). Apalagi konon katanya, para tkw yg mau berangkat ke saudi itu, diberi uang saku sekitar 1,5 jt - 2 jt dari pjtki. Banyak para tkw2 itu menghabiskan uangnya untuk jajan, makan2 dan merokok.

Setelah mereka sampai di bandara King Khalid Riyadh. Karena tidak ada petugas dari pjtki yg mengarahkan mereka, jadilah gerombolan para tkw2 itu seperti anak ayam yg kehilangan induknya. Bagaimana tidak dibentak2 oleh petugas orang Saudi, kalau mereka disuruh berbaris disebelah kanan, para tkw masih tetap bergerombol disebelah kiri. Disuruh mengantri satu2, malah mereka saling berebut. Disuruh memperlihatkan paspor dan kartu kedatangan, mereka malah melongo bego. Ya iyalahhhh….petugas mana yg tahann….?! Apalagi orang saudi kebanyakan tidak sabaran, dan suaranya yg kenceng2. Habislah para tkw2 itu dibentak2. Jangankan oleh petugas orang Saudi yg tidak bisa berbahasa Indonesia, wong oleh petugas orang Indonesia yg sebangsa saja, para tkw itu sering dibentak2 koq.

Setelah mereka selesai di proses di imigrasi dan selesai mengambil bagasi. Mereka semua dikumpulkan dan di data. Sementara paspor para tkw2 itu akan dipegang oleh petugas Imigrasi. Setelah itu para tkw akan dibawa ke ruangan tunggu khusus tkw2, sambil menunggu dijemput oleh majikan masing2. Para tkw2 itu tidak akan dikeluarkan dari ruangan tsb, kecuali dijemput oleh majikannya yg nama majikannya tertera di paspor tkw2 tsb. Kalau yg nama penjemput tkw itu tidak sesuai dengan nama yg ada dalam paspor tkw, penjemput tsb harus memperlihatkan surat kuasa penjemputan dari calon majikan asli tkw itu. Itulah alasannya mengapa tkw2 di bandara King Khalid di kumpulkan sebelum mereka dimasukkan ke ruang tunggu. Calon majikan berada diluar sambil memelototi screen tv monitor. Disana akan disebutkan nama tkw lengkap, nama majikan dan nomor urut tkw. Kalau nama2 sudah cocok, para majikan akan lapor ke meja petugas sambil memperlihatkan kartu ID asli. Setelah itu mereka akan memanggil tkw yg bersangkutan dan memberikan paspornya. Setelah tkw dan majikannya menandatangani surat2an, barulah tkw itu bisa keluar mengikuti majikannya. Itu prosedur yg masih saya ingat. Kenapa saya tahu tentang prosedur tsb..? karena saya pernah 1 kali mengambil pembantu dari pjtki jakarta. Biaya yg dikeluarkan majikan untuk mengambil tkw, kurang lebih 28jt. Bahkan ada yg membayar lebih dari itu. ( bersambung ke bagian 2 )