8 Jun 2009

Kriteria Seorang Pemimpin

Salah satu permasalahan yang sangat mendasar di negara kita adalah kesenjangan sosial yang terlalu tajam antara miskin dan kaya, sebenarnya hal ini bukan masalah sederhana menurut pandangan saya justru masalah tersebut adalah masalah inti untuk saat ini, akibatnya sering terjadi gesekan-gesekan tajam di masyarakat yang ujung-ujungnya adalah masalah kesenjangan, masih segar dalam ingatan kita bagaimana peristiwa penjarahan dulu itu terjadi dimana-mana. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika para pemimpin kita meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah saw, para Kholifah, dan para Sahabatnya, sayangnya sebagian besar pemimpin kita mengabaikan tata cara model kepemimpinan yang telah diajarkan Rasulullah, mereka tidak sempat membaca dan mempelajari sifat-sifat mulia itu, mereka justru disibukan berkoalisi, lobi-lobi, menghimpun dan menyusun strategi untuk menggalang kekuatan dimana-mana untuk pemilihan berikutnya,dst...

Apalagi era sekarang ini, alih-alih demokrasi untuk memilih seorang pemimpin saja dibutuhkan waktu yang lama, di Amerika saja Obama kemarin membutuhkan waktu 8 bulan untuk menduduki kursi kepresidenan, di Indonesia lebih pendek yaitu sekitar empat bulan lebih, karena semakin lama waktu yang tersedia semakin besar peluang untuk berbuat tidak baik, untuk saling menjatuhkan, saling menfitnah,dst… contoh dalam pemilihan Presiden dan wakilnya saat ini, prosesnya diawali bulan Maret sampai tgl 9 Juli nanti, dalam masa tersebut para kandidat sudah mulai kampanye baik langsung maupun tidak langsung untuk menarik simpati masyarakat, sosialisasi visi dan misi yang cenderung obral janji, saling menjatuhkan, melempar tuduhan bahkan sampai memfitnah, mencari celah-celah kejelekan lawan untuk kemudian diekspos ke media lalu jadi berita besar dan masyarakat yang menonton, model-model atraksi seperti ini yang tidak mendidik masyarakat, sudah ke luar dari norma agama maupun norma kemasyarakatan. Seharusnya, proses pemilihan tersebut di perpendek untuk menghindari kemadlorotan yang lebih besar, baik dari sisi kemanusian, finansial maupun efesiensi waktu.

Sebenarnya dalam sejarah Islam sudah digambarkan secara jelas bagaimana proses peralihan kepemimpinan dilaksanakan, contoh dari Rasulullah ke Abu Bakar hanya membutuhkan waktu sehari saja, begitu juga dari Abu Bakar ke Umar bin Khattab, lalu ke Utsman bin Affan dan terakhir ke Ali bin Abi Tholib tidak sampai membutuhkan waktu berhari-hari seperti sekarang ini, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana Rasullah saw telah memberikan uswah hasanah dalam memimpin yang baik, juga keteladanan Khalifah Umar Bin Khottob, dan para sahabat yang lainnya.

Dalam kesempatan ini saya akan bercerita tentang keteladanan Khalifah Umar bin Abd. Aziz pada masa Bani Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Beliau sukses dalam mengemban amanat sebagai pemimpin dengan mengantarkan kemakmuran yang melimpah ruah pada rakyatnya, beliau membebaskan rakyatnya yang muslim dari upeti/ pajak dan hanya mengambil upeti dari rakyat yang non muslim saja sebagai imbalan hidup aman dan dilindungi penuh oleh kerajaan, beliau mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, membuat proyek-proyek yang menunjang peningkatan SDA tersebut termasuk proyek sarana transportasi jalan tol panjang antara Baghdad – Mekkah untuk memudahkan rakyatnya pergi haji akhirnya dalam sejarah beliau tercatat khalifah pertama kali dalam Islam yang membuat jalan tol, beliau setiap tahun mengajak rakyatnya sekitar 200 ribu orang pergi haji gratis yang dibiayai kerajaan. Salah satu kunci sukses --sehingga sejarahpun mencatat beliau sebagai salah satu khalifah yang paling harum di sepanjang sejarah Daulah Abasiyah-- karena beliau mencintai rakyatnya melebihi kecintaannya terhadap diri sendiri dan keluarganya, setiap kebijakan yang diambil orieantasinya selalu untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat, salah satu bukti beliau mencintai rakyat melebihi kecintaannya terhadap diri sendiri dan keluarganya adalah beliau belum punya rumah permanen untuk dirinya dan keluarganya sampai beliau meninggal dunia, beliau hidup di istana kerajaan. Suatu ketika ada salah satu orang dekatnya mengingatkan, wahai kholifatul mu`minin sekarang ini kholifah sudah tua tapi sampai saat ini belum membuatkan rumah untuk para putra kholifah dan memberi bagian warisan untuk mereka, hal itu sudah waktunya untuk dipikirkan wahai kholifah. Jawab kholifah..aku sengaja tidak mewariskan sedikitpun harta untuk putra-putraku karena dua hal; Pertama, jika putra-putraku tidak termasuk orang yang sholeh, sepeninggalku nanti biar mereka tidak bertengkar dan rebutan warisan harta benda antar sesama saudaranya biar mereka takut kepada Allah swt. Kedua, jika putra-putraku termasuk golongan orang sholeh mereka aku titipkan kepada Allah swt , Subhanallah…

Jika ada pemimpin di Negeri kita dalam memimpin --baik dalam komunitas kecil atau besar-- mempunyai sifat seperti beliau yang mencintai dan menyayangi rakyatnya melebihi dirinya sendiri dan keluarganya bisa dibayangkan hasilnya adalah kemakmuran terhadap rakyatnya, akan tetapi yang kita temukan justru sebaliknya pemimpin masih mencintai dan menyayangi diri sendiri dan keluarganya, orang-orang dekatnya, kelompok dan koleganya dari pada mencintai orang lain. Akhirnya negeri kita yang kaya raya ini hanya di nikmati segelintir orang saja dari sekian juta rakyat Indonesia.

Saya teringat cak Nur --Nur Cholis Madjid, semoga Allah swt merahmati beliau -- ketika itu sebagai pembicara salah satu seminar di Universitas Brawijaya tahun 2000 yang lalu, menurut beliau dalam hal kesejaahteraan dan kemakmuran kita mundur 50 tahun, seharusnya kemakmuran yang terjadi pada tahun 2050 ini sudah kita raih dan kita rasakan pada tahun ini, perputaran uang 80 % berputar dan berkutat di Jakarta, berputar dari perseorangan, pergolongan dan perkelompok yang seharusnya di distribusikan keseluruh pelosok negeri. Masih kata cak Nur, saking melimpahnya sumber daya alam kita seharusnya para petani di desa dalam mencari rumput sudah menggunakan mobil pick up bukan karanjang sebagai tempat rumput, mahasiswa pergi ke kampus sudah dengan menggunakan mobil tidak perlu jalan kaki, jika saja kekayaan dan uang rakyat tidak di korup oleh pemimpin dan pejabat kita --hampir semua pejabat kita korupsi, mereka sudah korup masih menjadi broker lagi dalam setiap proyek dan pengadaan barang. Jadi bisa dibayangkan kekayaannya yang melimpah ruah ---meski tidak barokah tentunya-- sementara yang miskin semakin miskin mencari makan saja bertambah susah, ibarat pepatah anak ayam mati dilumbung padi, sangat ironis negeri yang kaya raya subur makmur ijo royo-royo gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo kata Bimbo tongkat saja dilempar jadi tanaman dan bisa dimakan seperti ketela pohon itu, tapi sebagian besar rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan bahkan kelaparan. Untuk ke depan ini kita harus memilih sosok pemimpin paling tidak memiliki 3 kriteria, yaitu:
1. Sayang dan mencintai rakyat
2. Berani, tegas dan takut kepada Allah swt karena mengemban amanah
3. Mampu meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah saw, para Kholifah, dan para Sahabatnya

Meskipun demikian kita harus tetap semangat dalam bekerja, optimis menatap masa depan dan tentunya harapan cerah itu masih sangat terbuka lebar di depan mata kita, insyaallah akan datang secepatnya. Amin Ya Robb…

(tulisan ini pernah saya posting di website-nya Rektor UIN Malang Prof. DR. H. Imam Suprayogo, untuk mengomentari tulisan beliau tentang "Bangsa ini Sedang Memerlukan Jembatan" tgl 21 April 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar