Secara umum, ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan, masing masing dengan tingkat keragamannya sendiri. Pandangan teoritis yang pertama berorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama untuk menciptakan masyarakat yang baik, baik untuk system pemerintahan demokratis, oligarkis, maupun monarkis. Pandangan teoritis yang kedua lebih berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan pada kebutuhan diri, daya tampung, dan minat belajar.
Sistem pendidikan yang diterapkan di berbagai Negara yang ada di dunia ini berorientasi kemasyarakatan-kenegaraan. Pandangan ini dianut oleh aliran Perenial atau aliran Transmisi Kebudayaan yang sering dihubung-hubungkan dengan Plato, sarjana barat abad pertengahan, dan beberapa sarjana modern, seperti William T. Harris, Robert Hutchins, dan Adler di Amerika, juga aliran Rekonstruksi Sosial Modern yang diwakili oleh George S. Count, Paulo Freire di Brasil, dan Jurgen Habermas di Jerman. Sebaliknya, hampir semua agama besar menganut pandangan yang berorientasi kepada Individu
Mereka yang meyakini pendidikan sebagai sesuatu yang memainkan peranan penting dalam membentuk masyarakat beranggapan bahwa masyarakat jauh lebih penting dari individu. Meskipun tidak sepenuhnya diabaikan dalam praktik pendidikan yang berorientasikan kemasyarakatan, kebutuhan dan minat peserta didik menduduki posisi kedua setalah kebutuhan dan minat masyarakat, sejauh kebutuhan dan minat peserta didik memiliki kaitan dengan kebutuhan dan minat masyarakat.
Sementara itu, pandangan teoritis pendidikan yang berorientasi individual terdiri dari dua aliran. Aliran pertama berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa meraih kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan kemapaman ekonomi, jauh lebih berhasil dari yang pernah dicapai oleh orang tua mereka. Dengan kata lain, pendidikan adalah jenjang mobilitas sosial-ekonomi suatu masyarakat tertentu. Aliran kedua lebih menekankan peningkatan intelektual, kekayaan ilmu pengetahuan, dan keseimbangan jiwa peserta didik. Menurut mereka, meskipun memiliki banyak persamaan dengan peserta didik yang lain, seorang peserta didik memiliki karakter, sifat dan keunikan masing-masing dalam berbagai segi.
Pendidikan Islam tradisional selalu menjadikan keberhasilan individu dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sebagai cita-cita dan tujuan pendidikan yang terpenting. Namun, filsafat pendidikan yang lebih memfokuskan individu ini secara perlahan-lahan berubah ke bentuk yang lebih memfokuskan pemenuhan kebutuhan dan minat masyarakat sejak umat Islam berada di bawah pengaruh pemikiran dan institusi institusi Barat. Sekarang ini, pendidikan menjadi alat mobilisasi sosial ekonomi individu atau Negara. Dominasi sikap seperti ini dalam dunia pendidikan telah melahirkan patologi psiko-sosial, terutama dikalangan peserta didik dan orang tua, yang terkenal dengan “penyakit diploma” (diploma disease), yaitu usaha dalam meraih suatu gelar pendidikan bukan karena kepentingan pendidikan itu sendiri, melainkan karena nilai-nilai ekonomi dan social.
Pergeseran nilai dan tujuan pendidikan ini harus diluruskan kembali sesuai dengan tujuan pendidikan semula yaitu menjadikan keberhasilan individu dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sebagai cita-cita dan tujuan pendidikan yang berdasarkan kekuatan moral (akhlaqul karimah), kekuatan mental (keyakinan / keimanan) dan kekuatan spiritual (ketaqwaan). Sebenarnya ending-nya (baca: tujuan akhir) sebuah pendidikan terletak pada tiga kekuatan tersebut, karena Rosulullah di utus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan moral / akhlaq manusia, bukan untuk memberikan ilmu atau memintarkan manusia.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan adalah orientasinya untuk penguatan tiga komponen tersebut, yaitu;
1. kekuatan moral (akhlaqul karimah)
2. kekuatan mental (keyakinan / keimanan)
3. kekuatan spiritual (ketaqwaan)
ketiga faktor inilah yang akan mengantarkan peserta didik ke depan pintu gerbang keberhasilan di dunia dan di akhirat …Wallahu A`lam bis Showab
13 Jun 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar