Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato resminya dipembukaan National Summit 2009 beberapa waktu yang lalu menjelaskan tentang pentingnya entrepreneurship, salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia dan memberi peluang kerja bagi 35 juta jiwa lebih penduduk kita yang menganggur.
Dalam program 100 hari pemerintah akan segera membuka Entrepreneurship Centre di 300 kampus se-Indonesia dengan menggelontor anggaran sekitar 70 trilyun rupiah untuk seluruh masyarakat Indonesia yang tertarik entrepreneur. Ini bukti keseriusan pemerintah dalam hal pengentasan kemiskinan, program ini sangat urgen mengingat Negara Indonesia memiliki sumber daya alam sangat melimpah ruah tapi masyarakatnya mayoritas hidup dalam kemiskinan, ibarat anak ayam mati dilumbung padi. Jika dana 10 trilyun saja dicairkan kepada masyarakat untuk membantu program entrepreneurs, maka itu sama dengan memberi kail kepada masyarakat. Tujuan pemerintah dengan menggelontor dana sefantastis itu adalah untuk pemberdayaan masyarakat melalui program entrepreneurship agar sumber daya alam yang melimpah ruah ini segera tergarap secara maksimal dengan pengalaman dan sentuhan para entrepreneurs. Afgan misalnya, seorang mahasiswa S3 Universitas Gajah Mada (UGM) dalam penelitiannya menemukan manfaat biogas yang diolah dari bahan baku limbah tandan sawit. Olahan tandan sawit itu dicampur dengan kotoran sapi, teknik ini bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti dipergunakan memasak pengganti minyak tanah dan gas elpiji juga bisa digunakan lampu penerang sebagai pengganti PLN yang semakin mahal dll, agar bisa menjadi ladang bisnis yang menggiurkan, teknik itu harus mendapatkan sentuhan entrepreneurs. Ada juga Nur Annisa Rahmawati yang sukses menjadi pengusaha busana muslim di Jogyakarta. Setelah ia mengikuti pelatihan entrepreneurs di kampus UGM dua tahun lalu ia membuka butik untuk membantu ibu-ibu korban gempa di Kota Gede Jogyakarta, bermula dari dua karyawan tetangganya, usahanya terus berkembang pesat. Kini, jumlah karyawan Annisa sudah delapan orang dengan menambah galeri koleksi jilbab plus busana muslim pria, seluruh produk dikerjakan manual tetapi tidak produksi massal agar eksklusifitas busana tetap terjamin, setidaknya ia kini didaulat menjadi pelatih entrepreneurship diberbagai daerah, masih banyak lagi temuan serupa yang bisa dijadikan lahan pekerjaan dengan sentuhan entrepreneurs terlebih dahulu agar layak jual.
Ir. Ciputra Begawan property Indonesia berusia 78 tahun yang mula-mula mempunyai ide cemerlang membuka pelatihan entrepreneurs di berbagai perguruan tinggi dan pemda tingkat I & II, sukses mengadakan Training of Trainer (TOT) bagi dosen dan mahasiswa, Ciputra membuka kesempatan bagi masyarakat umum dengan program pelatihan TOT for Entrepreneurship Educators (TOT-EE). Semangat besar pak Ci dalam mendukung program entrepreneurs di Indonesia dan membantu mempercepat pengentasan kemiskinan itu dibuktikan dengan memberi dana pinjaman tanpa anggunan sebesar 10 milyar. Dana itu bergulir sebagai modal usaha diberikan kepada mayarakat, mahasiswa dan siapa saja yang menjadi pengusaha, namun tentu calon penerimanya harus memenuhi syarat dan lolos seleksi. Cara ini memudahkan masyarakat mendapatkan modal awal, utamanya mahasiswa yang sering kesulitan modal ketika memulai sebuah usaha setelah lulus dari perguruan tinggi, sebab sebagai pemula mahasiswa tidak memiliki jaminan usaha yang bisa dijaminkan di bank sebagai anggunan, hal seperti ini yang sempat penulis alami setelah lulus dari perguruan tinggi. Dengan program ini diharapkan mahasiswa mampu menciptakan lapangan kerja bukannya setelah lulus sibuk mencari lowongan kerja, termasuk menyerbu kesempatan menjadi CPNS, seola-olahh sulit hidup layak tanpa menjadi PNS, estimasi ini akan lenyap dengan sendirinya ketika kita mengikuti pelatihan entrepreneurs yang ada. Siapa berani coba…? Good Luck For You All
17 Nov 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar