24 Mar 2010

NU DICACI, NU CARI...

Muktamar NU ke 32 di Makassar sudah berlangsung 3 hari, hangar bingar dan hiruk pikuknya muktamar sangat terasa sekali, mulai penelanjangan, sindiran yang tak ubahnya mirip seperti Pilkada hatta sampai dengan pujian-pujian sundul langit...

NU seringkali dicibirkan orang sebagai organisasi kaum sarungan, tradisional, konservatif, ndeso dan seabrek julukan minor lainnya. Julukan kurang sedap itu bermunculan dari berbagai arah, terutama dari orang-orang yang tidak senang terhadap keberadaan dan kiprah NU. Bahkan ada yang mengatakan NU sulit maju karena banyak kendala yang menghadang kemajuannya.

Kultur feodalistik, sikap ewuh pakewuh untuk mengoreksi kebijakan yang keliru dari pimpinan yang notabene adalah seorang kyai atau tokoh kharismatik, juga prototype yang kampungan karena memang basis NU mengakar di desa atau di kampung-kampung, hal-hal semacam itu yang terkadang dijadikan alasan bisa menghambat kemajuan NU, dan dianggap mempengaruhi pola kepemimpinannya yang serba negative, tidak professional, bernuansa otoriter, familier oriented berorientasi kekerabatan dalam rekutmen kader, dst…

Kebiasaan mendapatkan kritik yang sangat pedas itu, bisa memunculkan dua hal; pertama adalah warga NU menjadi kebal, seperti ungkapan yang sering kita dengar dimana-mana rapalagi di area muktamar, “Kalau tidak begitu bukan NU” itu menggambarkan kesadaran naïf belaka. Yang kedua, kritik pedas seperti itu justru sangat positif, yakni sebuah kesadaran transformative para aktivisnya untuk melihat diri sendiri.

NU selalu siap dan terbuka mendapatkan kritik meski sangat pedas, bahkan terkadang menjurus “penelanjangan diri” baik dilakukan antar sesama maupun dengan melibatkan orang luar. Apalagi keberadaan JIL dengan segala aktifitasnya menjadi sorotan tajam, padahal JIL dinahkodai anak-anak muda NU termasuk Ulil Abshar Abdallah itu, bahkan dalam Muktamar NU ke 32 di Makassarpun sekarang ini berkembang wacana bahwa aktifis JIL dilarang maju menjadi calon ketua umum, dianggap mereka anak nakal yang kebablasan. Sebenarnya masih banyak lagi cibiran atu makian yang berkaitan dengan organisasi yang berlambang bintang sembilan ini, sayang penulis lupa dan sementara hanya itu yang terlintas dibenak.

Di sisi lain, NU -menurut sumber inteligen warganya yang sempat terdata kisaran 60 juta jiwa- merupakan organisasi terbesar yang menggoda iman ibarat wanita cantik seksi molek bersih dan berakhlaq , yang selalu di cari-cari baik oleh lembaga atau institusi resmi pemerintah, lembaga swasta mandiri, kelompok atau golongan, etnis minoritas tertentu, parpol juga perorangan, tujuannyapun sangat bervariasi, ada yang ingin minta doa restu, minta dukungan, minta jimat..

Semoga cacian-cacian itu menjadikan perbaikanbagi NU agar kedepan semakin dewasa dalam mengayomi ummat manapun,

Semoga pujian-pujian itupun membahana diangkasa raya hingga terdengar makhluq yang dilangit sehingga bisa memantulkan sinar kedamaian bagi semua orang..Amin Ya Robb..

2 komentar: