29 Apr 2009

Tebar Pesona

Rasanya aku tak mampu berbicara apa-apa
Tak ada kata tak ada sapa padahal aku ingin bersua
Inilah nasib para pujangga
Menanti sampan untuk bergayung di dermaga

Bagi raja waktu adalah pedang
Ia selalu mencari celah ruang untuk begadang
Sering berperang dengan signal yang lemot bak penghalang
Begitu terpegang abang di tendang

Bunga melati menebar bau semerbak mewangi
Memberi harum kedamaian di setiap relung hati
Siapapun ingin memetik melati disematkan di hati
Mekarlah melatiku jangan sembunyi terus di malam sunyi

Bait bait syairmu membahana menghiasi cakrawala
Mengundang senyum menebar pesona
Teruslah berkarya wahai anak manusia
Sampai ajal kalian tiba menghadap sang Pencipta

Ya Allah ..karuniakanlah kami rasa cinta kepada-Mu
Kumpulkan kami dengan nabi di syurga firdaus-Mu
Berikanlah kami kesempatan meminum air dari telaganya
Dimana kami tidak akan haus selamanya...

ما هو الحب ؟

ما هو الحب ؟


سؤال يراودني ....

سؤال أطرحه في اليوم 100 مرة

هل الحب هو الحياة ؟!!

هل هو السعادة ؟!!

هل من بعده أكون في غنى عن كل شيء ؟!!

لكن أين يمكن أن أجد الحب ؟!!

من هذا الذي مستعد للتضحية من أجلي ؟!!

من هذا الإنسان الذي يستطيع أن يملك كل مشاعري ؟

هل من وجود لهذا الشخص ؟

وهل الحب سوف يجعل قلبي بعيدا عن الهموم والأحزان والمآسي ؟

لكن ما أساس الحب ؟

وما هي قواعده التي يقف عليها ؟

هل يقف على جبال ؟

أم يقف على سراب ؟

ينهار من بعد أول زلة في الأصل لماذا نحب ؟

هل لدينا نقص في ذاتنا ؟

هل نحن فقدنا الحنان والدفء ؟

وهل كل قصص الحب كانت نهايتها سعيدة ؟

هل عاش كل العاشقين في بحر الحب الواسع ؟

وكم مرة أستطيع أن أحبة ؟

وهل أستطيع أن أحب شخصين في وقت واحدة ؟

وهل أستطيع إعلان حبي للجميع ؟

ويكون حبي بلا حواجز ...

وهل أستطيع أن أجب شخصا لا يحبني ؟

هل وهل وألف هل ...

لكن هل وحدها لا تكفي لكي أحب ...

Badai Gurun




Sehari semalam kota Riyadh ditutupi debu yang berwarna kuning oranye bertaburan diangkasa sehingga membuat pedih dan sakit semua mata yang memandang.

Peristiwa itu terjadi pada hari Selasa 10 Maret 2009 bertepatan tanggal 13 Robiul Awwal 1430 H, di Indonesia sehari setelah Mauludan mulai pukul 11 siang sampai 10 malam, menjelang tengah malam berangsur-angsur pulih.

Pagi itu aku biasa keluar dari kamar asrama jam 07.15 pagi, sarapan pagi sebelum pergi ke kampus Setelah sarapan biasanya ngobrol dulu beberapa saat dengan teman-teman seputar peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia Negeriku yang tercinta, karena di kantin itulah kesempatan bertemu dan ngobrol, biasanya pukul 07.45 aku bergegas berangkat menuju kampus karena jam 08.00 kuliah dimulai dan berakhir jam 11.30 sebelum sholat dlohor. Pada waktu itu aku baru saja keluar dari ruang kuliah tiba-tiba begitu melihat diluar kampus aku kaget banget, diluar kelihatan pekat banget, udara dipenuhi debu berwarna kuning oranye, setelah aku tanya ke beberapa temanku dari Sinegal, Somalia, Gambia dan Jibuti -kebetulan dikelas aku sendirian yang dari Indonesia- mereka menjawab serempak `badai gurun`. Seumur hidupku aku baru kali ini bertemu dengan badai gurun yang begitu dahsyat karena begitu aku tanyakan ke orang arab asli dia mengatakan sudah 20 tahun lebih tidak ada badai gurun, baru hari ini. Kesempatan emas ini tidak aku sia-siakan setelah sholat dlohor berjamaah di musholla fakultas sastra aku langsung mengabadikan dengan HP kameraku, setelah potret sana-sini aku putuskan untuk pulang ke asrama dengan temanku dari Malang juga, kebetulan bertemu dia pada waktu akan sholat dlohor, akhirnya aku berdua pulang ke asrama setengah lari sambil menutupi hidungku yang tidak terlalu mancung, jaraknya lumayan juga mungkin 1 km dari tempatku kuliah. Aku menembus kepekatan debu gurun pasir yang jarak pandangnya sekitar 10 m, sampai di kamar asrama nafasku sesak dan sekujur tubuhku dipenuhi debu, aku segera mandi dan berganti pakaian lalu menyalakan AC panas untuk menghatkan tubuhku yang terasa kedinginan, di asrama disediakan AC hot and cool.

Pagi-pagi sekali aku sengaja mencari Al-Jazirah korane wong arab untuk mencari tahu lebih lanjut tentang badai gurun, di koran itu tidak dijelaskan secara detil tentang badai gurun tapi yang dimuat adalah foto-foto jepretan wartawan local dan kecelakan mobil di mana-mana, ada mobil yang masuk jurang, terperosok di got, nabrak portal bahkan ada 7 mobil yang kecelakaan beruntun. Di Riyadh memang kendaraan favorit adalah mobil tidak ada sepeda motor, hampir semua penduduknya bermobil ria sampai mahasiswapun kendaraannya adalah mobil. Mereka memilih mobil karena menurut aku emang disebabkan kondisi cuacanya yang ekstrim, di waktu musim dingin udaranya dingin sekali sampai 0 derajat diwaktu musim panas udaranya panas sekali lebih dari 46 derajat, disamping itu juga emang negaranya kaya raya sih…tapi jangan tergiur dulu meski negaranya kaya raya masih enak hidup and cari rizqi di negeri sendiri, kalo untuk sekolah welcome ahlan wa sahlan, tapi kalau untuk kerja STOP.. aku INGATIN jangan coba-coba mengadu nasib alias kerja di Saudi bagi wanita Indonesia, kenapa ? hebooh deh..baca tulisanku selanjutnya `Oh… Nasib TKW ku` kalau ada judul itu klik aja pasti banyak cerita2 gak menarik, cerita2 gak lucu dan menyedihkan.. tapi entar dulu belum aku tulis, sekarang mau ngerjain tugas kuliah dulu..banyak tugas sih,..



19 Apr 2009

materi study tasawuf

MATERI BAHASAN
KULIAH STUDI TASAWUF
FAKULTAS HUMANIORAN /BAHASA SASTRA ARAB

Standar Kompetensi :
Mahasiswa mampu memahami hakikat Tasawuf dan mengetahui peranan serta perkembangannya, baik Sunni, maupun Falsafi untuk membangun dasar-dasar nilai bagi pengembangan kepribadian dan peningkatan wawasan keilmuan yang rahmatan lil alamin
Materi Bahasan :
• Pengertian tasawuf dan posisinya dalam khazanah intelektual Islam
• Landasan dan dasar-dasar tasawuf
• Sejarah lahir dan perkembangan tasawuf
• Mengenal macam-macam tasawuf (akhlaqi dan falsafi)
• Sejarah kelahiran Ordo / thariqat dan karakternya
• Dzikir dan zuhud dalam kehidupan duniawi
• Maqamat dalam tasawuf
• Ahwal dalam tasawuf
• Sufi dan tangung jawab sosial
• Tasawuf dalam kehidupan modern
• Kajian Tokoh (karakter dan pemikiran)
1. Hasan Bashri
2. Ibrahim bin Adham
3. Rabi’ah al-Adawiyah
4. Abu Yazid al-Busthami
5. Junaid al-Baghdadi
6. Imam al-Ghazali
7. Abd al-Qadir al-Jailani
8. Ibn Arabi
9. Jalaluddin Rumi
10. Abd al-karim al-Jilli
11. Haidar Amuli

Makna " مالك الملك

Makna " مالك الملك "

Dalam Perspektif Al-Qur'an

A. Pendahuluan

Akhir-akhir ini predikat yang melekat pada manusia sebagai "khalifah" di muka bumi mulai dipertanyakan. Eksistensi manusia sebagai Tuhan kedua –meminjam istilahnya Siti Gazalba- rupa-rupanya sudah mulai di cabut oleh Allah SWT karena kebodohan, kesombongan, kecongkaan, ketamakan dan ketidak becusan manusia menjaga amanah Allah SWT yaitu mengatur dan merawat bumi.

Padahal gelar خليفة الله في الارض merupakan anugerah bagi manusia yang diberikan Allah SWT agar semata-mata manusia memelihara bumi, merawat dan melestarikannya yang kesemuanya diperuntukan kembali bagi manusia itu sendiri. Namun sebaliknya, mereka justru merusak, membinasakan, menghancurkan bahkan mendzolimi bumi dengan keserakahan dan ketamakan mereka.

Allah SWT sudah mencabut beberapa kenikmatan yang telah diberikan kepada manusia yaitu ketenangan dan ketidak pastian. Manusia diliputi rasa takut dan cemas akan banjir banding, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, angin putting beliung yang muncul kapan saja.

Manusia adalah makhluk sangat lemah, tidak ada apa-apanya. Allah SWT telah menampakkan kekuasaan-Nya, Penguasa langit dan bumi seisinya, dlohir batin, pemilik kerajaan مالك الملك .

Semoga label "Khalifah" yang disebut dalam al-Qur'an sebanyak 127 kali dalam 12 kata jadian (al-Munawar,2001: 3) benar-benar tidak dicabut oleh Allah SWT, dan bukan bencana seperti yang ditimpakan pada kaum Ad-nya Nabi Sholeh AS, serta bukan banjir banding pada kaumnya Nabi Nuh AS, Na'udzubillah ..

Oleh karena itu, melihat tanda-tanda tercabutnya kenikmatan, terambilnya kemuliaan di sisi manusia dan mereka mulai dihempaskan dalam kehinaan, penulis terketuk ingin mengupas salah satu sifat Allh SWT " " مالك الملك melalui kajian tafsir tematik ini.

B. Kata " " مالك الملكdalam Perspektif Al-Qur'an

1. Pengertian مالك الملك

مالك الملك adalah rangkaian dua kata yaitu, al-Malik dan al-Mulk, keduanya terambil dari akar kata mim, lam dan kaf yang rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Kata itu pada mulanya berarti ikatan dan penguatan, yang merupakan salah satu dari 99 sifat Allah SWT (Shihab,2003: 89).

"Al-Malik" adalah sifat Allah SWT nomor empat setelah lafadz Allah, al-Rahman, al-Rahim yang mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Al-Malik yang biasa diterjemahkan raja, penguasa atau pemilik adalah "yang menguasai dan menangani perintah dan larangan, anugerah dan pencabutan" karena itu biasanya kerajaan terarah pada manusia, tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat menerima perintah dan larangan.

"Al-Mulk" mempunyai arti kerajaan. Malik al-Mulk berarti pemilik kerajaan, adalah Dia yang terlaksana kehendakNya dalam wilayah kerajaanNya, bagaimana dan dengan cara bagaimanapun, dalam bentuk mewujudkan atau meniadakan, mempertahankan atau mencabut (Qutb, jilid 2: 49)

2. Kata مالك الملكdalam al-Qur'an

Kata Malik terulang dalam al-Qur'an sebanyak lima kali, tiga diantaranya di dalam surat al-Zukhruf 77, surat al-Fatihah 4 dan surat al-Nas 2, sedang dua diantaranya di rangkai dengan kata "Haq" dalam arti pasti dan sempurna yaitu dalam surat Thoha 114 dan surat al-Mukminun 116.

Sedangkan rangkaian kata مالك الملك hanya ditemukan satu kali saja dalam al-Qur'an, yaitu dalam surat Ali Imran 26:

قل اللهم مالك الملك تؤتى الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيئ قدير (آل عمران:26)

Artinya: "Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Sedangkan kata Malik dalam surat al-Zukhruf :77

و نادو يا مالك ليقض علينا ربك قال إنكم ماكثون (الزخرف:77)

Artinya: Mereka (yang disiksa di neraka) berseru: Hai Malik, biarlah Tuhanmu menghabisi (membunuh) kami saja, Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)".

Kata Malik dalam surat al-Zukhruf ini adalah malaikat penjaga neraka yang bernama malaikat malik.

Kata Malik dalam surat al-Fatihah :4

مالك يوم الدين (الفاتحة: 4)

Artinya : "Yang menguasai hari pembalasan"

Malik (dengan memanjangkan mim) berarti Pemilik. Sedangkan Malik (dengan memendekan mim) berarti Raja Yaumuddin (hari pembalasan), hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalan baik maupun buruk, yaumuddin disebut juga dengan yaumul qiyamah, yaumul hisab dan yaumul jaza' (Shihab,2003: 56)

Kata Malik dalam surat al-Nas:2

مالك الناس (الناس:2)

Artinya: "Raja manusia"

Kata Malik dalam surat Thoha :114

فتعلى الله الملك الحق ولا تعجل بالقرآن من قبل أن يقصى إياك وحيه وقل ربي زدني علما (طه:114)

Artinya: "Maha Tinggi Allah SWT Raja yang sebenar-benarnya dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukan kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan"

Kata Malik dalam surat al-Mu'minun :116

فتعلى الله الملك الحق لآله إلا هو رب العرش الكريم (المؤمنون:116)

Artinya: "Maka Maha Tinggi Allah SWT Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan kecuali Ia (yang mempunyai) Arsy yang mulia".

قل اللهم مالك الملك تؤتى الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيئ قدير . تولج الليل في النهار وتولج النهار في الليل وتخرج الحي من الميت وتخرج الميت من الحي وترزق من تشاء بغير حساب (آل عمران:26)

  1. Asbabun Nuzul

Sebab-sebab turunnya ayat:

قل اللهم مالك الملك تؤتى الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيئ قدير . تولج الليل في النهار وتولج النهار في الليل وتخرج الحي من الميت وتخرج الميت من الحي وترزق من تشاء بغير حساب (آل عمران:26)

Kerajaan yang dimaksud diatas adalah kerajaan duniawi. Ini terbukti dari kandungan ayat itu, yang menunjukan bahwa kerajaan-Nya dianugerahkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dicabutnya dari siapa yang dikendaki-Nya. Pencabutan tersebut menunjukan bahwa ia tidak mungkin dianugerahkan di akhirat, karena anugerah Ilahi di sana bersifat kekal abadi (Thaba'i, jilid 3: 149).

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa segala kebajikan terletak di tangan-Nya baik kenafian, kekayaan atau kekuasaan, ini menunjukan bahwa Allah SWT sendirilah yang memberikannya menurut kemauan-Nya.

Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad SAW karena kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya jumlah mereka. Maka oleh sebab itu Allah SWT menyuruh Nabi untuk berlindung kepada yang memiliki segala yang memiliki segala kerajaan. Yang di tangan-Nya segala kekuasaan dan kemulyaan. Allah SWT mengingatkan Rasulullah bahwa segala kebaikan ada di tangan-Nya. Maka tidak ada yang menghalangi-Nya apabila Dia memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi-Nya atau kepada orang-orang mu'min yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

ونريد أن نمن على الذين استضعفوا في الأرض ونجعلهم أئمة ونجعلهم الوارثين (القصص:5)

Artinya:Dan kami hendak memberi karunia bagi orang –orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).

Allah SWT jualah yang memberikan kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang dikehendaki pula. Orang yang diberi kekuasaan adalah orang yang didengar tutur katanya, menguasai jiwa manusia, dengan wibawanya dan ilmunya berguna bagi manusia, mempunyai kekuasaan rizki serta berbuat baik kepada segenap manusia.

Adapun orang yang mendapat kehinaan adalah yang rendah jiwanya dan merasa lemah membela kehormatan, tidak mampu mengusir musuhnya yang berupa hawa nafsu dan tidak bersatu padu padahal tidak ada satu kemuliaan dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakan kebenaran dan menentang kedzaliman (Shihab,2003: 90)

Banyak sedikitnya suatu umat tidaklah menjamin untuk mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang-orang musyrik Makkah, orang-orang yahudi dan orang munafiq Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut disbanding dengan pengikut Rasulullah saw.

Fakta menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa timur mereka jumlahnya banyak tetapi dikuasai oleh bangsa barat yang berjumlah lebih sedikit, disebabkan merajalelanya kebodohan di timur dan perpecahan dan peperangan yang terjadi di antara mereka sendiri.

Penggalan ayat " بيدك الخير" di Tangan Engkaulah segala kebajikan. Setelah pernyataan bahwa Dia مالك الملك dengan kedua manifestasinya, yaitu menganugerahkan dan mencabut kekuasaan dari siapa saja yang dikehendakiNya. Penggalan ayat tersebut memberi isyarat bahwa kerajaan yang di milikiNya selalu diarahkan untuk kebajikan, hikmah dan kemaslahatan, bukan untuk menganiaya atau berlaku sewenang-wenang. Di sisi lain, kesempurnaan kekuasaan-Nya dilukiskan dengan kata "menganugerahkan" yang memberi kesan pemberian dengan lemah lembut. Berbeda dengan kata "mencabut" yang mengesankan pengambilan dengan keras, disebabkan yang bersangkutan sedemikian keras mempertahankan kekuasaan dan kerajaan yang dinikmatinya, bagaikan telah berurat akar dalam dirinya namun Allah Swt kuasa mencabutnya.

Manusia yang dianugerahi Allah Swt. Kekuasaan atau kerajaan dalam kehidupan ini –apapun bentuk dan berapapun kadarnya- harus menyadari bahwa kerajaan tersebut adalah Anugerah Allah Swt, kapan saja dapat dicabut dan dianugerahkan kepada yang lain. Kesadaran ini mengantarkannya untuk tidak berlaku sebagaimana raja, karena raja-raja seperti ucapan Ratu kerajaan Saba' Balqis yang dibenarkan dan diabadikan dalam al-Qur'an (Shihab,2003: 57) :

قالت إن الملوك إذا دخلوا قرية أفسدوها وجعلوا أعزة أهلها أذلة وكذلك يفعلون ( آل عمران:34 )

Artinya: "Dia berkata: sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina".

Yang dianugerahi kekuasaan harus mengelolah kekuasaannya dengan baik serta kebaikan untuk seluruh rakyatnya. Sebaliknya ia tidak boleh membiarkan kejahatan. Karena itu, siapa yang durhaka dan membangkang, harus diperingatkan dan dicabut kekuasaannya sampai ke akar-akarnya.

Manusia, paling tidak adalah raja atas dirinya, karena itu seluruh anggota tubuhnya harus dapat ditundukan dan bekerjasama untuk tujuan kebajikan sesuai dengan tuntunan Ilahi. Siapa yang membangkang, harus diperingatkan dan kejahatan yang ditimbulkan harus dicabutnya. Singgasana manusia adalah qolbunya ank arena itu jangan sampai ada yang duduk di singgasana itu selain dirinya sendiri, selanjutnya karena kerajaannya adalah anugerah Allah Swt, maka manusia harus terus mengingat dan mengagungkan Allah Swt demikian manusia yang meneladani Allah Swt dalam sifat ini.

D. Allah SWT adalah Pemilik Kerajaan

Dalam al-Qur'an tanda-tanda kepemilikan kerajaan adalah kehadiran banyak pihak kepadaNya untuk memohon agar dipenuhi kebutuhanya atau untuk menyampaikan persoalan-persoalan besar agar dapat tertanggulangi dan terselesaikan. Allah SWT melukiskan betapa yang Maha Kuasa itu melayani kebutuhan makhluqNya.

يسئله من في السموات والأرض كل يوم هو في شأن (الرحمن:29)

Artinya: "Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan"

Maksudnya Allah SWT senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi risky dan lain-lain. Kerajaan Allah SWT adalah yang sempurna dan haq, sedang raja atau kerajaan lainnya tidak demikian. Kerajaan Allah SWT mencakup kerajaan langit dan bumi (Irawan,1992: 110)

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan sabda Rosululloh saw. melalui Abu Hurairah ra, yang artinya: " Allah SWT Maha Mulia lagi Maha Agung 'menggenggam' bumi pada hari kemudian, dan 'melipat' semua langit dengan tangan kananNya, kemudian berseru, "Aku adalah al-Malik/Raja, maka dimanakah mereka yang mengaku raja?

فسبحان الذي بيده ملكوت كل شيء واليه ترجعون (يس:83)

Artinya: "Maha Suci Allah SWT yang dalam genggaman tanganNya kerajaan segala sesuatu (yang tidak terjangkau oleh indra)".

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Bijaksana dengan tindakanNya yang sempurna dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakan neraca undang-undang di dalam ala mini, maka Allah SWT lah yang memberikan kerajaan/kekuasaan serta pangkat kenabian kepada siapa yang dikehendakiNya, seperti kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ibrahim merupakan anak dari seorang pembuat dan pemahat patung sampai meninggalpun dia masih dalam kafir. Allah SWT juga mencabut kekuasaan orang yang Dia kehendaki di sebabkan mereka berpaling dari jalan lurus, jalan yang dapat memelihara kekuasaan karena meninggalkan keadilan, berlaku curang dalam berkuasa, hal ini pernah menimpa terhadap bani Israil dan bangsa-bangsa lain disebabkan kedzaliman dan kerusakan budi pekerti mereka.

E. Tujuan Memahami Kata "مالك الملك "

مالك يوم الدين adalah termasuk ayat yang diajarkan untuk di baca setiap muslim dalam sholat, ayat ini bermakna bahwa ketika itu kekuasaan dan kerajaan Tuhan sedemikian menonjol sehingga tidak ada satu makhluk pun yang tidak merasakannya, tidak satu pun yang berani membangkangnya, lagi tidak sesaat-pun terhitung dalam benak mereka pengingkaran, berbeda dengan kekuasaan dan kerajaan-Nya dalam kehidupan ini, yang tidak dirasakan oleh semua makhluk serta tidak menonjol di hari kemudian nanti. Karena itu di dunia ini ada saja diantara mereka yang membangkang dan yang mengaku sebagai Tuhan.

Allah SWT adalah Raja dan Penguasa Lahir dan Batin. Dalam al-Qur'an di temukan istilah "malakut" kata ini biasa di artikan dengan 'kerajaan dan kekuasaan' yang menyangkut hal-hal yang tidak terjangkau oleh indra.

Imam Ghazali menjelaskan makna 'Malik' yang merupakan salah satu Asma al-Husna dengan menyatakan bahwa 'malik' adalah yang tidak butuh pada dzat dan sifat-Nya segala yang wujud, bahkan dia adalah yang butuh kepada-Nya yang menyangkut segala sesuatu, baik pada dzat, sifat, wujud dan kesinambungan eksistensinya. Bahkan wujud segala seuatu, bersembur dari-Nya. Maka segala sesuatu selain-Nya menjadi milik-Nya dalam zat dan sifatnya dan membutuhkan-Nya. Dimikian itulah raja yang mutlak. Ada perbedaan antara "malik" yang berarti raja dan "maalik" yang berarti pemilik. Seorang pemilik, belum tentu seorang raja, sebaliknya pemilikan seorang raja biasanya melebihi pemilikan pemilik yang bukan raja.

Allah SWT adalah raja sekaligus pemilik, ما لك ا لملك pemilik kerajaan. Kepemilikan Allah SWT berbeda dengan kepemilikan mahkluk. Allah SWT berwenang penuh untuk melakukan apa saja terhadap apa yang dimiliki-Nya, berbeda dengan manusia, sebagai contoh, jika anda memiliki pembantu, maka walaupun anda berwenang untuk memperkerjakannya sesuai dengan kehendak anda, tetapi anda tidak menguasai perasaan dan pikirannya. Anda tidak berkuasa menghentikan peredaran darah dan denyut jantungnya. Anda tidak memiliki dan menguasainya pada saat-saat istirahat atau hari-hari liburannya, bahkan jangankan manusia, pemilikan terhadap mahkluk tak bernyawapun tidak sampai pada suatu tingkat pemilikan mutlak. Bukankah jika anda mempunyai sebuah cangkir, anda tidak bebas melempar dan memecahkannya, karena jika anda lakukan anda akan mendapat kecaman,karena manusia mahkluk bertanggung jawab atas segala aktifitasnya. Berbeda dengan Allah SWT Dia tidak dikecam atas apapun yang dilakukan-Nya, karena pertimbangan pikiran manusia tidak menjadi ukuran yang pasti terhadap perbuatannya.

Sementara pakar berkata raja adalah siapa yang memiliki wewenang pengaturan, baik terhadap dirinya melalui kemampuan mengendalikan keuatan dan mengarahkan nafsunya, maupun terhadap pihak lain. Manusia tidak dapat menjadi raja mutlak karena tidak dapat menghilangkan dari dirinya kebutuhan akan segala sesuatu, dia selalu butuh kepada Allah SWT, Allah SWT adalah penguasa hakiki dan dalam saat yang sama dia menguasai kerajaan karena "bala tentara dan rakyat" yang dimilikinya runduk dan taat kepada-Nya. Imam Ghazali mengilustrasikan kerajaan adalah kalbu dan wadah kalbunya, bala tentara adalah syhwat, amarah dan nafsunya, rakyatnya adalah lidah, mata, tangan, telinga dan seluruh anggota badannya.

Bila semua itu dikuasai dan bukan mereka yang dikuasai mereka, jika semua itu mentaatinya dan bukan dia taat kepadanya, maka ketika itu ia tetap mencapai tingkat kerajaan di alamnya. Kalau bergabung apa yang di gambarkan di atas membutuhkannya dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi mereka, maka dialah yang menyandang sifat malik di alam duniawi, ini adalah peringkat para nabi. Mereka tidak membutuhkan siapapun dalam meraih hidayah untuk kebahagiaan akhirat kecuali Allah SWT,sebaliknya semua orang membutuhkan bimbingannya, peringkat di bawah para nabi adalah ulama dan cendekiawan. Kadar kerajaan mereka sesuai dengan kadar kemampuan mereka menuntun manusia serta sesuai pula dengan kadar ketidak butuhan mereka terhadap bimbingan dan petunjuk orang lain. Dengan sifat-sifat tersebut seorang manusia mendekati Malaikat dalam sifat-sifatnya, kemudian dia mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui sifat-sifat itu. Kerajaan yangf di gambarkan di atas adalah anugerah Allah SWT jua yang merupakan raja yang mutlak yang tidak dapat di sentuh kekuasaan-Nya.

Allah SWT adalah Malikal-Mulk, seluruh wujud adalah kerajaan-Nya yang walaupun banyak dan beraneka ragam, tetapi merupakan satu-kesatuan. Kesatuan kerajaan itu diibaratkan oleh al-Ghazali dengan manusia, yang walau anggota badannya banyak dan beraneka ragam, tetapi keseluruhannya bekerja sama untuk memenuhi kehendak pemiliknya yakni manusia. Alam raya dan seluruh wujud merupakan kerajaan Allah SWT, tunduk kepada-Nya dan bekerja sama untuktujuan kebijakan sesuai dengan hikmah dan kemurahan ilahi.

F. Kesimpulan

Melihat dari pemaparan yang telah diungkapkan di atas, baik secara tekstual maupun pontekstual, maka dapat disimpulkan bahwasanya kekuasaan itu adalah milik Allah SWT, diberikan-Nya kepada orang yang dikehendaki, dan dicabut-Nya kembali dari orang yang dikehendaki-Nya pula.

Dalam hal ini manusia haruslah berserah diri kepada Allah SWT pemilik semua kekuasaan itu. Apabila kekuasaan itu semakin dinampakkan oleh Allah SWT, orang-orang yang alim satu demi satu mulai diambil oleh Allah SWT.

Melihat fenomena yang nampak di muka bumi ini, maka perlu bagi manusia untuk keranya intropersi diri dengan apa yang telah terjadi terhadap peristiwa-peristiwa yang ada, maupun peringatan (warning) ynag datang dari Sang Khalik, hal ini juga dilihat dari semakin tuanya umur bumi yang kita pijak, yang sebagian ilmuwan mengatakan umur bumi kita ini sekarang ini kira-kira 15 milyar tahun lamanya,bahkan lebih. Bukti-bukti bahwa umur dunia ini sudah tua, dilihat dari berbagai pendekatan:

- Pendekatan Geologi; Ahkir-akhir ini alam sudah tidakbisa di prediksi lagi, kapan musim penghujan dan kapan musim panas,banjir dimana-mana, gunung-gunung banyak meletus,gempa bumi, tsunami kemarin, dll

- Pendekatan Sejarah; Hitungan tahun masehi berawal setelah wafatnya Isa al Masih 20 abad yang lalu,Nabi Isa A.S adalah Nabi ke 24 menginjak terakhir sebelum Nabi Muhammad SAW, padahal hitungan tahun usai bumi ini menurut teori big bang sekitar 15 milyar tahun yang lalu.

- Pendekatan Agama; Kita semua adalah manusia yang hidup di generasi yang paling ujung, karena kita hidup setelah wafatnya Nabi Muhammad 14 abad lalu. Padahal setelah Muhammad tidak ada Nabi atau Utusan lagi. Alangkah jauhnya kehidupan kita sekarang dengan wafatnya Rosululloh SAW.

Inilah yang harus kita renungkan kembali, sungguh bahwa dunia sudah sangat tua renta, yang seakan-akan sudah tidak kuat lagi menahan beban yang diakibatkan oleh ketamakan manusia, dengan melali beberapa warning yang di berikan pada manusia. Warning-warning semacam Gladi Resik dalam kehidupan mausia. Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali harus berserah diri, kita mengakui bahwa Allah SWT Maha Perkasa, Pemilik Alam Semesta, Pemilik Kerajaan "ما لك ا لملك".

Wallahu A'lam

Pustaka:

Depag RI, Al-Qur'an dan terjemahnya, Jakarta

Said Aqil Husein Munawar, Konsep Kepemimpinan Menurut Al-Qur'an, makalah dalam

Islam Humanis, PT.Moyo Segoro Agung, 2001.

M. Quraish Syihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Lentera Hati, Jakarta,2003.

Sayyid Qutb, Tafsir Fi Dhilalil Qur'an, Jilid 2, Beirut, Lebanon.

M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Misbah, Jilid II, Lentera Hati,Jakarta, 2003.

M. At-Thoba' Thaba'i, Tafsir Mizan, Jilid 3, Beirut, Lebanon.

H.M.J. Irwan, Al-Qur'an dalam studi Perbandingan, Pt. Al-Ma'arif, Bandung, 1992.