Sehari semalam
Peristiwa itu terjadi pada hari Selasa 10 Maret 2009 bertepatan tanggal 13 Robiul Awwal 1430 H, di Indonesia sehari setelah Mauludan mulai pukul 11 siang sampai 10 malam, menjelang tengah malam berangsur-angsur pulih.
Pagi itu aku biasa keluar dari kamar asrama jam 07.15 pagi, sarapan pagi sebelum pergi ke kampus Setelah sarapan biasanya ngobrol dulu beberapa saat dengan teman-teman seputar peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia Negeriku yang tercinta, karena di kantin itulah kesempatan bertemu dan ngobrol, biasanya pukul 07.45 aku bergegas berangkat menuju kampus karena jam 08.00 kuliah dimulai dan berakhir jam 11.30 sebelum sholat dlohor. Pada waktu itu aku baru saja keluar dari ruang kuliah tiba-tiba begitu melihat diluar kampus aku kaget banget, diluar kelihatan pekat banget, udara dipenuhi debu berwarna kuning oranye, setelah aku tanya ke beberapa temanku dari Sinegal, Somalia, Gambia dan Jibuti -kebetulan dikelas aku sendirian yang dari Indonesia- mereka menjawab serempak `badai gurun`. Seumur hidupku aku baru kali ini bertemu dengan badai gurun yang begitu dahsyat karena begitu aku tanyakan ke orang arab asli dia mengatakan sudah 20 tahun lebih tidak ada badai gurun, baru hari ini. Kesempatan emas ini tidak aku sia-siakan setelah sholat dlohor berjamaah di musholla fakultas sastra aku langsung mengabadikan dengan HP kameraku, setelah potret sana-sini aku putuskan untuk pulang ke asrama dengan temanku dari Malang juga, kebetulan bertemu dia pada waktu akan sholat dlohor, akhirnya aku berdua pulang ke asrama setengah lari sambil menutupi hidungku yang tidak terlalu mancung, jaraknya lumayan juga mungkin 1 km dari tempatku kuliah. Aku menembus kepekatan debu gurun pasir yang jarak pandangnya sekitar 10 m, sampai di kamar asrama nafasku sesak dan sekujur tubuhku dipenuhi debu, aku segera mandi dan berganti pakaian lalu menyalakan AC panas untuk menghatkan tubuhku yang terasa kedinginan, di asrama disediakan AC hot and cool.
Pagi-pagi sekali aku sengaja mencari Al-Jazirah korane wong arab untuk mencari tahu lebih lanjut tentang badai gurun, di koran itu tidak dijelaskan secara detil tentang badai gurun tapi yang dimuat adalah foto-foto jepretan wartawan local dan kecelakan mobil di mana-mana, ada mobil yang masuk jurang, terperosok di got, nabrak portal bahkan ada 7 mobil yang kecelakaan beruntun. Di Riyadh memang kendaraan favorit adalah mobil tidak ada sepeda motor, hampir semua penduduknya bermobil ria sampai mahasiswapun kendaraannya adalah mobil. Mereka memilih mobil karena menurut aku emang disebabkan kondisi cuacanya yang ekstrim, di waktu musim dingin udaranya dingin sekali sampai 0 derajat diwaktu musim panas udaranya panas sekali lebih dari 46 derajat, disamping itu juga emang negaranya kaya raya sih…tapi jangan tergiur dulu meski negaranya kaya raya masih enak hidup and cari rizqi di negeri sendiri, kalo untuk sekolah welcome ahlan wa sahlan, tapi kalau untuk kerja STOP.. aku INGATIN jangan coba-coba mengadu nasib alias kerja di Saudi bagi wanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar