18 Okt 2009

Agama, wali dan pendeta

Saya teringat dengan slogan ketua umum PAN Bp. Soetrisno Bachir yang sangat terkenal "Hidup adalah Perbuatan". Tapi dalam komentar ini saya akan memaknai lain, bahwa hidup adalah sebuah pilihan, seseorang mau memilih untuk memeluk Islam, Kristen, Hindu, Budha dst...monggo kerso tidak ada larangan, itu hak masing-masing setiap orang, di sinilah fungsi dari firman Allah fastabiqul khoirot, berlomba-lomba mencari kebenaran. Jika seseorang akan mencari sebuah kebenaran dengan sungguh-sungguh, pasti Allah akan memberi dan membukakan jalan terang bagi dia, meski dia non muslim. Banyak dalam cerita orang muslim mati dalam keadaan tidak beriman alias kafir, dan sebaliknya orang kafir tapi mendekati ajal dia mati dalam keadaan muslim dan beriman, karena itu seharusnya seseorang dalam menjalani hidup didunia ini yang dicari hanyalah Ridlo Allah SWT. Dalam hal ini ada cerita seorang pendeta mati dalam keadaan husnul khotimah.

Ibrahim al-Khawas adalah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Tuhan. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang menakjubkan yang pernah dialaminya tentang seorang pendeta. Beliau bercerita "Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Mekah tanpa kenderaan dan kafilah. Pada suatu kali, tiba-tiba aku tersesat jalan dan kemudian aku berhadapan dengan seorang rahib Nasrani (Pendeta Kristiani)." dia melihat aku dia pun berkata, "Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?"

Ibrahim segera menjawab, "Ya, aku tidak akan menghalangi kehendakmu itu."
Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga hari tiga malam tanpa meminta makanan sehingga rahib itu menyatakan rasa laparnya, dia berkata, "wahai rahib muslim, aku lapar sekali berilah aku sesuatu makanan yang ada padamu."
Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun bermohon kepada Allah dengan berkata, "Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau memalukan aku di hadapan seteru engkau ini…."

Belum pun habis Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah setalam hidangan dari langit berisi dua keping roti, air minuman, daging masak dan tamar (kurma). Maka mereka pun makan dan minum bersama dengan lahap sekali.
Setelah itu keduanya meneruskan perjalanan. Sesudah tiga hari tiga malam Ibrahim berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, aku lapar sekali berilah aku sesuatu makanan yang ada padamu". Rahib itu menghadap kepada Allah, tiba-tiba turun setalam hidangan dari langit seperti yang diturunkan kepadaku dulu

Sambung Ibrahim lagi, "Tatkala aku melihat yang demikian, maka aku pun berkata kepada rahib itu… Demi Kemuliaan dan Ketinggian Allah SWT, tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku."
Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka jatuhlah sebuah kemakrifatanmu kepadaku, lalu aku memeluk agama yang kamu anut. Sesungguhnya aku telah membuang-buang waktu dalam kesesatan dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepada-Nya. Dengan kedekatanmu kepada Tuhan kamu, tiadalah Dia memalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti ucapanmu (kalimah syahadah)."

Maka sukacitalah Ibrahim setelah mendengar jawapan rahib itu. Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan sampai ke Mekah yang mulia. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tiada kelihatan olehku, lalu aku mencarinya di masjidil haram, tiba-tiba aku mendapati dia sedang bersembahyang di sisi Kaabah."
Setelah selesai rahib itu bersembahyang maka dia pun berkata, "Hai Ibrahim, sesungguhnya telah hampir bertemu perjumpaanku dengan Allah SWT, maka peliharalah kamu akan persahabatan dan persaudaraanku denganmu."

Setelah dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia pulang ke Rahmatullah. Seterusnya Ibrahim menceritakan, "Maka aku merasa amat dukacita di atas kepergiannya itu. Aku segera menguruskan hal-hal pemandian, kafan dan pengebumiannya. Pada malam itu aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan yang begitu cantik sekali tubuhnya dihiasi dengan pakaian sutera yang indah."

Melihatkan itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau ini sahabatku kemarin, apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?"

Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak, tetapi dimaafkan dan diampunkan-Nya semua itu kerana aku bersangka baik (khusnu dzanku) kepada-Nya dan Dia menjadikan aku seolah-olah bersahabat dengan engkau di dunia dan di akhirat."

Begitulah persahabatan diantara dua orang yang berpengetahuan tinggi dan memiliki kualitas keagamaan yang baik, akhirnya keduanya memperoleh hasil yang baik dan memuaskan pula. Walaupun salah seorang dahulunya beragama lain, tetapi berkat keikhlasan dan kebaktiannya kepada Allah, akhirnya Allah berkenan membuka pintu HidayahNya untuk dia, sehingga diakhir hayatnya dia memeluk Islam dan mati dalam kedaan Khusnul Khotimah.

Kita doakan semoga para pendeta yang telah berkenalan, bersahabat, bersentuhan dan bersenggama secara intelektual dengan Islam segera diberi hidayah oleh Allah SWT sehingga akan muncul banyak cerita tentang rahib-rahib yang mati memeluk Islam dan mati khusnul khotimah seperti cerita diatas, semoga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar