30 Des 2010

Makna Lir-ilir Kanjeng Sunan

Lagu lir-ilir ini disebarkan lagi oleh group musik kyai kanjeng, yang sekian ratus tahun lamanya lagu ini menjadi lagu wajib bagi masyarakat jawa pasundan pada waktu itu.

Bukan sekedar lagu dolanan .. tapi lagu penuh makna mendalam. Tidak untuk dinikmati syair dan nadanya semata, tapi lebih penting adalah untuk direnungkan dan dicontoh penyeruannya. Kalau cuman sekedar menikmati musikna saja lebih bagus kalau mendengarkan komposisi Lir-Ilir karya Handel dalam konser harpa “Harp to Heart” yang menampilkan The World Harp Ensemble (WHE), Selasa (28/5), di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta. (Ada yang punya? minta dong).
Lir ilir ini ciptaan Sunan Kalijogo, ada juga yang mengatakan Sunan Giri, ada juga yang mengatakan Sunan Ampel. Wallahu a’lam yang penting adalah ciptaan salah satu dari mereka yang insyaAllah mencerminkan seruan para wali itu semua.

Am Am C Am Dm
Lir ilir, lir ilir tandure wis sumilir (Lir ilir, lir ilir tanamannya sudah mulai bersemi)
>> lir-ilir : Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman : agama Islam.

C Dm
Tak ijo royo – royo (Hijau Royo royo)
>> agama Islam tumbuh subur di Tanah Jawa. Yakni hijau sebagaiman simbol umum agama Islam. Dalam politik indonesia pun dulu ada istilah “penghijauan di MPR”, dimana MPR yang dulu (sebelum 1989) banyak didominasi non muslim mulai terisi oleh praktisi2 dari kelompok Islam. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja2 jawa yang baru masuk Islam. Make sense juga …

F Am
Tak sengguh temanten anyar (demikian menghijau bagaikan pengantin baru)
>> sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level mula, seperti penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Am Am C Am Dm
Cah angon – cah angon penekno blimbing kuwi (Anak-anak penggembala, panjatkan pohon blimbing itu )
>> Kenapa kok cah angon ? Hadits Rasul “Al-Imaamu Ro’in” (Imam adalah Pemimpin/Penggembala). Ro’in dalam bahasa arab artinya secara bahasa penggembala dan secara urf (adat arab) juga untuk menyebut sebagai pemimpin.

>> Kenapa Belimbing : Inget : belimbing itu warnanya ijo (ciri khas Islam) dan memiliki sisi 5. Jadi, belimbing adalah isyarat agama Islam itu sendiri, yang tercermin dari 5 sisi buah belimbing yang menggambarkan Rukun Islam.

>> Kenapa penekno (ambilkan) : Inilah seruan tholabun nushroh para wali kepada para penguasa di Jawa, agar mereka bersedia mengambil Islam itu agar masyarakat bisa mengikuti langkahnya dan dengan itu aturan Islam dapat diterapkan ke masyarakat. Tidak mungkin Islam terterapkan kaffah tanpa ada kemauan penguasa “mengambil” Islam sebagai agama dan sistemnya. Para penafsir lagu lir-ilir kebanyakan tidak sasmito terhadap penggunaan kata2 penekno belimbing ini .. Kalau cuman sekedar belimbing sih biasanya anak kecil juga bisa ambil sendiri, tapi ini menggunakan kata “penekno” yang artinya adalah ambilkan buah itu untuk saya, kami dan mereka semua. Dan juga bukan peneken (panjat dan ambil untuk dirimu sendiri). Jelas ini artinya adalah seruan para wali agar raja bersedia mengimplementasikan Islam untuk masyarakat umum.

C Dm F Am
Lunyu – lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro (Biar licin tetap panjatkan untuk mencuci pakaian-mu)
>> dodod : sejenis pakaian jawa (dNux : saya juga tidak tahu sperti apa, katanya sih seperti kemben)
>> walaupun berat ujiannya, walaupun banyak rintangannya karena masuk agama Islam itu berkonsukuensi luas baik secara keluarga, sosial dan politik, maka tetap anutlah Islam untuk membersihkan aqidahmu dan menyucikan dirimu dari dosa dosamu. Demikian juga pasti sangat berat rintangan untuk melaksanakan syariat Islam itu ditengah masyarakat, karena pasti akan berhadapan dengan agama, adat istiadat serta sistem yang telah terbangun dimasyarakat.

Am Am C Am Dm
Dododiro – dododiro kumitir bedah ing pinggir
Pakainmu itu tertiup2 angin dan sobek di pinggir pinggirnya
>> kumitir : bayangkan kain yang dijemuran dan tertiup2 angin lalu terlihat pinggir kain itu sobek2. Yang dimaksud disini adalah ketika para raja itu sudah masuk Islam, maka masih ada hal hal yang belum Islam kaffah, masih ada cacat2 di aqidah-nya sebab masih terpengaruh oleh hindu jawa
>> Bedah ing pinggir : barangkali yang dimaksud pinggir sini adalah masyarakat bawah (pinggiran), dimana pada mereka masih kurang memahami dan kurang melaksanakan Islam sebab banyak masyarakat awam belum tersentuh dakwah atau belum komitmen di Islam.

C Dm F Am
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore )
>> Betulkanlah penyimpangan2 itu baik pada dirimu atau pada masyarakatmu untuk persiapan kematianmu
>> sebo : menghadap = sowan. Mengko sore : nanti sore (waktu ajal). Usia senja : usia tua mendekati masa akhir.
>> Pesan dari para wali bahwa kamu itu wahai raja .. pasti akan mati dan akan menemui Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan diri, keluarga dan masyarakat yang kamu pimpin. Maka benahilah dan sempurnakanlah keislamanmu dan keislaman masyarakatmu agar kamu selamat di Hari Pertanggung Jawaban (yaumul Hisab).

G Am
Mumpung pandang rembulane (Selagi terang (sinar) bulan-nya)
>> Para wali mengintatkan agar para raja melaksanakan hal itu mumpung masih terbuka pintu hidayah menerima Islam dan masih banyak ulama2 yang bisa mendampingi beliau untuk memberikan nasehat dan arahan dalam menerima dan menerapkan Islam.

G Am
Mumpung jembar kalangane (Mumpung luas kesempatannya)
>> Mumpung si Raja masih menduduki jabatan sebagai penguasa. Nanti perkaranya atau kesempatan melaksanakan ini akan hilang bila raja tersebut sudah tidak menjadi penguasa.
>> Kesempatan apa ? usia atau pangkat/kedudukan ? Kalau yang dimaksud kesempatan adalah usia, maka ini kurang cocok. Bagaimanapun juga para wali juga tahu bahwa usia itu tidak bisa ditebak. Pangkat/kedudukan lebih masuk akal sebab masih bisa diduga kapan lengsernya ..
>> Bagi saya kalangan bisa juga berarti pendukung sehingga maknanya juga bisa : mumpung selagi banyak pendukungnya
>> bagian ini sangat menjelaskan bahwa lagu ini adalah tholabun nusrhoh para wali kepada raja raja agar raja memanfaatkan kesempatannya (sebagai raja) untuk disamping masuk Islam juga terlibat aktif dalam penyebaran dan pelaksanaan syariat Islam di wilayahnya (tanah Jawa).

C Dm F G Am
Sun surako surak hiyo (Mari bersorak-sorak ayo…)
>> Sambutlah seruan ini dengan gembira “Ayo kita terapkan syariat Islam” …. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
>> Mustinya pejabat pusat (SBY) ataupun daerah (gubernur2, bupati2 dan wali2) sekarang ini juga dinyanyikan lagu ini. Kalau mereka waskito lan tanggap in sasmito (bijak dan tanggap terhada tanda2), maka mereka isnyaAllah akan bersedia melaksanakan syariat Islam. Harusnya dia (SBY) yang aktif dalam pengembangan syariat Islam mengingat dia adalah masih keturunan dari Kiai Agung Kasan Besari — alias MangkuNegoro II yang memilih sebagai ulama daripada menjadi raja, seorang ulama terkemuka di Jawa (setelah jaman para Wali) yang adalah penasehat sekaligus mertua Paku Buwono II, yang mana dari ulama ini adalah juga leluhur dari Gus Dur.
Bagaimana dengan kita ? adakah terpanggil dengan lagu lir-ilir ini? Atau apakah kita juga akan menyanyi (meyerukan) hal yang sama seperti apa yang diserukan para wali untuk menyeru penguasa ?

23 Des 2010

TANTANGAN BAHASA ARAB DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Dua hari saya berada di Kota Pekalongan dalam rangka menghadiri undangan panitia seminar bahasa arab, seminar yang dihadiri sekitar 250-an peserta itu dilaksanakan oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab STAIN Pekalongan pada hari Sabtu 11 Nopember 2010 kemarin bersama Prof. Dr. Mohamed Ali Kameel dan Dr. Faisal Mahmoud Adam Ibrahim, keduanya adalah Dosen Republik Sudan yang diperbantukan di UIN Maliki Malang, dan saya sangat gembira dan bahagia sekali melihat antusias peserta seminar yang di dominasi mahasiswa dan guru.

Seminar dengan topic tantangan bahasa arab dalam dunia pendidikan itu terasa memang sangat menarik untuk dibicarakan, karena bangsa Indonesia bangsa terbesar pemeluk Islam-nya di dunai itu boleh dibilang masih tertidur pulas, tentu dalam hal kemampuan berbicara bahasa arab. Padahal sadar atau tidak sadar bahasa arab itu kita butuhkan setiap hari, bahkan dalam hal tertentu wajib kita membacanya dengan berbahasa arab, kalau tidak maka hukumnya batal atau tidak sah, misal ketika kita melaksanakan salat lima waktu, membaca alqur’an dan al-hadits. Bahkan kalau kita sadar dan melakukan kuwajiban sebagai muslim taat, kita tidak henti-hentinya lisan ini bergerak untuk melafadkan kalimat yang berbahasa arab mulai bangun tidur sampai tidur lagi, misalnya dalam hal berdoa, sebagai seorang muslim seharusnya tidak melupakan berdoa jika akan melakukan sesuatu, misalnya setelah bangun tidur, ,masuk kamar mandi, keluar kamar mandi, memakai baju, menyisir rambut, keluar rumah, berkendaraan, sampai kita akan tidur kembali mulut kita selalu bergerak dengan bahasa arab.

Bahasa Arab adalah bahasa agama, juga sekaligus bahasa komunikasi internasional. Dalam urutan rangking bahasa resmi yang dipakai dalam hubungan internasional versi PBB, bahasa Arab menempati urutan nomor lima setelah bahasa inggris, bahasa Prancis, bahasa Jerman dan bahasa Cina, dan digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh 450 juta muslim di dunia yang tersebar di Benua Afrika dan Semenanjung Arab. Jika saja penduduk Indonesia yang merupakan muslim terbesar didunia banyak yang menggunakan bahasa rab sebagai bahasa sehari, bisa dimungkinkan bahasa arab dalam hal ranking bahasa resmi internasional versi PBB akan naik menjadi yang nomor tiga atau bahkan nomor dua.

Sesuai tema seminar kemarin yang mengusung tentang tantangan bahasa arab dalam dunia pendidikan, saya jelaskan, bahwa tantangan terbesar bahasa arab dan pembelajarannya sebenarnya bukan dari luar (eksternal) akan tetapi dari diri (internal) dalam kita masing-masing. Sebelum belajar bahasa arab, secara psikologis seorang siswa sudah mengklaim bahwa bahasa arab adalah bahasa sulit dipelajari, jadi mareka negative thinking terlebih dahulu, ini yang menyebabkan siswa tidak ada semangat, lesu, malas, bahkan tidak ada niat sama sekali. Bagaimana mungkin pembelajaran bahasa arab bisa berhasil dengan efektif, jika sikap alergi, antipasti dan mati motivasi sudah terlebih dahulu menghantui pembelajaran itu sendiri.

Kelemahan kedua secara edukatif, bahasa arab diajarkan oleh guru dan dosen bahasa ada kelemahan secara metodologis dan persoalan system pendidikan. Persoalan metodologis berkaitan dengan bagaimana subtansi materi itu dipilih, dikemas, dan ditransformasikan kepada peserta didik, sehingga dapat dipahami dan dipraktikan dengan efektif dan efisien. Sedangkan persoalan system pendidikan berkaitan dengan kebijakan pemerintah terhadap bahasa arab, disain kurikulum dan posisi bahasa arab dalam pendidikan yang sering dianak tirikan, apalagi di hanya sebagai pelengkap bagi mata pelajaran atau hanya cukup diajarkan sekali pertemuan saja dalam satu minggu.
Seorang muslim taat idealnya adalah mempelajari bahasa arab sebagai bahasa ilmu dan bahasa budaya sebagai produk manusia, serta sebagai bahasa agama untuk memahami kitab sucinya, bagaimana bisa membaca al-quran dengan benar dan fasih jika tidak menguasai bahasa arab dengan baik dan benar, baik dari aspek makharijul huruf, tajwid, ashwat (suara) dan tanghim (intonasi). Juga dalam hal kitab-kitab klasik (kutub turotsy) kita harus menguasai bahasa arab dengan baik.

Oleh karena itu, guru bahasa arab sebelum mengajarkan materi tersebut kepada siswa, harus pandai-pandai memberi semangat dan memberi wawasan akan pentingnya bahasa arab dibanding bahasa-bahasa lainnya, bahwa bahasa arab bukan bahasa yang sulit dan rumit, akan tetapi bahasa yang mudah dan gampang dipelajarinya. Karena semangat dan wawasan ini berkaitan erat dengan niat seseorang, Jika seseorang niat sudah kuat, insyaallah yang lain akan mudah diataswi meskipun tanpa didampingi buku baik, guru yang professional dan segalanya terbatas saumpamanya. Wallahu ‘alam